Martin Seligman

 Martin Seligman 

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

 


 

Dosen Pengampu : Fx. Wahyu Widiantoro., S.Psi., MA.

 Ahmad Prasetiyo / 19310410029



Sekolah sangat berperan dalam membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan kognitif, sosial dan emosionalnya. Seperti yang dijelaskan oleh Hamilton & Hamilton (dalam Norrish et.al, 2013) bahwa sekolah merupakan salah satu konteks perkembangan yang sangat penting dalam kehidupan anak dan remaja, dan dapat menjadi kunci dari kemampuan dan kompetensi yang mendukung kapasitas mereka untuk beradaptasi dengan sukses. Namun pada kenyataannya saat ini, banyak sekolah yang lebih fokus pada pengembangan kemampuan kognitif anak, sehingga kemampuan sosial dan emosionalnya terabaikan. Siswa banyak dijejali dengan tugas-tugas yang ditujukan untuk meningkatkan prestasinya secara kognitif, namun jarang diberikan stimulasi yang dapat membantunya untuk mengembangkan dirinya secara utuh (whole) pada sisi sosial dan emosional.

Seligman et. al (2009) menjelaskan bahwa setidaknya ada tiga alasan mengapa kesejahteraan (well being) perlu diajarkan disekolah. Alasan pertama adalah semakin sejahtera akan bersinergi dengan belajar yang lebih baik. Peningkatan pada kebahagiaan akan menghasilkan peningkatan dalam belajar sebagai tujuan tradisional dari pendidikan. Mood yang positif akan menghasilkan perhatian yang lebih luas, pikiran yang lebih kreatif, pikiran yang lebih holistic.

Para peneliti berpendapat bahwa sifat diri menjadi penyangga kesehatan fisik dan mental dan pencegah penyakit fisik dan penyakit jiwa. Sifat diri seperti keberanian (courage), berorientasi ke masa depan (future mindedness), rasa optimis (optimism), rasa percaya pada kekuatan Tuhan (faith), etos kerja yang baik (work ethic), pengharapan yang positif bahwa sesuatu hal yang buruk akan berubah menjadi baik (hope), sifat jujur dalam hidup (honesty), ketabahan dalam menghadapi kesulitan dan tantangan (perseverance) dan kemampuan untuk tetap berjalan dalam mencari pemahaman (capacity for flow and insight) adalah hal-hal yang akan membuat diri kuat dalam menghadapi stress kehidupan (Seligman, 2006)

 


Martin Seligman (2002), salah satu pionir dalam bidang positive psychology dan kebahagiaan.

-          Faktor-faktor kebahagiaan.

Seligman (2002) dalam bukunya berjudul ”Authentic Happiness: Using the New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment”, membedakan kebahagiaan yang bersifat sementara dengan kebahagiaan yang menetap. Ia menyatakan bahwa kebahagiaan yang menetap merupakan kontribusi dari circumstances (keadaan) dan voluntary control (kendali secara sadar) seseorang.

8 faktor eksternal yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang, namun tidak semuanya memiliki pengaruh yang besar:

1.      Uang

Keadaan keuangan yang dimiliki seseorang pada saat tertentu menentukan kebahagiaan yang dirasakannya akibat peningkatan kekayaan. Individu yang menempatkan uang di atas goal (tujuan) yang lainnya akan cenderung menjadi kurang puas dengan pemasukan dan kehidupannya secara keseluruhan.

2.      Pernikahan

Pernikahan memiliki dampak yang jauh lebih besar disbanding uang dalam mempengaruhi kebahagiaan seseorang. Individu yang menikah cenderung lebih bahagia daripada mereka yang tidak menikah, namun jika istri merasa tidak bahagia dalam rumah tangganya, ia memiliki tingkat kebahagiaaan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang bahkan tidak menikah.

3.      Kehidupan social

Individu yang memiliki tingkat kebahagiaan tinggi umumya memiliki kehidupan sosialyang memuaskan.

4.      Kesehatan

Kesehatan yang dapat berpengaruh terhadap kebahagiaan adalah kesehatan yang dipersepsikan oleh individu (kesehatan subjektif), bukan kesehatan yang sebenarnya dimiliki (kesehatan objektif).

5.      Agama

Individu yang religious lebih bahagia dan lebih puas dengaan kehidupannya dibandingkan individu yang tidak religious.

6.      Emosi positif

Individu yang mengalami banyak emosi negative akan mengalami lebih sedikit emosi positif, dan sebaliknya.

7.      Usia

Kepuasan hidup meningkat perlahan seiring dengan usia.

8.      Pendidikan, iklim, ras, gender

Keempat hal ini memiliki pengaruh yang tidak terlalu besar terhadap tingkat kebahagiaan seseorang.

3 faktor internal yang berkontribusi terhadap kebahagiaan yaitu kepuasan terhadap masa lalu, optimism terhadap masa depan, dan kebahagiaan pada masa sekarang.

 

 

 

 

Daftar Pustaka :

Norrish, Jacolyn, Williams, Paige, O’Connor, Meredith & Robinson, Justin. 2013. An Applied framework for positive education. International Journal of Wellbeing, 3(2), 147-161. www.internationaljournalofwellbeing.org

Seligman, M. 2006. Hand Book of Positive Psychology. London: Oxford University Press

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Albert Bandura : Teori belajar sosial

KURT LEWIN

TEORI HUMANISTIK (CARL ROGERS)