Albert Bandura : Teori belajar sosial
Albert Bandura : Teori belajar sosial
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen
Pengampu : Fx. Wahyu Widiantoro., S.Psi., MA.
Ahmad Prasetiyo / 19310410029
Teori belajar sosial merupakan
perluasan teori belajar perilaku yang tradisional. Teori ini dikembangkan oleh
Albert Bandura (1969). Teori ini menerima sebagian besar prinsip teori belajar
perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada efek efek isyarat pada
perilaku dan proses mental internal. Jadi dalam teori belajar sosial kita akan
menggunakan penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan kognitif internal
untuk memahami bagaimana kita belajar dari orang lain.
Menurut Ratna Wilis Dahar (2011:22) Melalui
observasi tentang dunia sosial kita, melalui interpretasi kognitif, banyak
sekali informasi dan penampilan atau keahlian kompleks yang dapat dipelajari.
Menurut Abu Ahmadi ( 2009: 126) Belajar merupakan proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan pengalaman.
Teori belajar sosial beranggapan bahwa hubungan
antar pribadi antara anak dengan orang dewasa menyebabkan anak meniru atau
menyerap perilaku perlaku sosial, melalui interaksi sosial anak melakukan identifikasi
dengan orang dewasa, dengan kekuasaan, dengan perasaan iri dan sebagainya.
Menurut teori belajar sosial, yang terpenting adalah kemampuan seseorang untuk
mengabstraksikan informasi dari perilaku orang lain, mengambil keputusan
mengenai perilaku mana yang akan ditiru dan kemudian melakukan perilaku
perilaku yang terpilih.
Prinsip Belajar
Menurut Bandura
Teori belajar sosial dari Bandura didasarkan pada
tiga prinsip, yaitu:
a.
Determinis
resiprokal Menurut F.J.Monks,A.P. Bila anak hidup dalam suatu lingkungan
tertentu maka anak tadi akan memperlihatkan pola tingkah laku yang khas
lingkungannya tadi. Determinis resiprokal adalah konsep yang penting dalam
teori belajar sosial Bandura, menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah
laku. Teori belajar sosial memakai saling determinis sebagai prinsip dasar
untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari
perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi
interaktif dari organisasi dan sistem sosial.
b.
Tanpa
reinforsemen Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung kepada
reinforsemen. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus dipilah-pilahuntuk
direinforsemen satu persatu, bisa jadi orang malah tidak belajar apapun.
Menurutnya, reforsemen penting dalam menentukan apakah suatu tingkahlaku akan
terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu satunya pembentuk tingkahlaku.
Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang
apa yang dilihatnya.
c.
Kognisi dan
Regulasi diri Konsep penting dalam belajar observasional adalah pengaturan
sendiri. Bandura berhipotesis bahwa manusia mengamati perilakunya sendiri,
mempertimbangkan itu terhadap kriteria yang disusunnya sendiri dan kemudian
memberi reinforcement atau hukuman pada dirinya sendiri. Menurut Suryobroto
(1988:76-78)Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan
atau ketidakmampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep Bandura
menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri,
mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan
kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkahlakunya sendiri. Model Bandura
tentang pengaruh timbal balik antara faktor faktor pribadi, lingkungan dan
tingkah laku.
Menurut Suryadi dan Maulidia Ulfah (2013:17)
Pendidikan anak pada hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan
tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh
atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Secara
spesifik, Hurlock mengklasikfikasikan pola perilaku sosial pada anak usia dini
ini ke dalam pola pola perilaku meniru, yaitu agar sama dengan kelompok, anak meniru
sikap dan perilaku orang yang sangat ia kagumi. Menurut Ahmad Susanto ( 2011:
139) Anak mampu meniru perilaku guru yang diperagakan sesuai dengan tema
pembelajaran.
Di lembaga pendidikan formal anak usia dini, peran
pendidik dalam pengembangan moral anak sangat penting, seperti menjadikan
dirinya sebagai contoh atau tokoh panutan, dan membetulkan perilaku yang salah
pada anak didik. Tingkah laku guru pada umumnya merupakan penampilan lain dari
kepribadiannya. Bagi anak yang masih kecil, guru adalah contoh teladan yang
sangat penting dalam pertumbuhannya dan guru yang dapat mempengaruhi pembinaan
kepribadian anak didik. Menurut Akmal Nawi ( 2005:63) Cara guru berpakaian,
berbicara, berjalan, dan bergaul juga merupakan penampilan kepribadian lain
yang juga mempunyai pengaruh terhadap anak didik.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas bahwa perlu
adanya menumbuhkan perilaku disekolah apalagi dengan kondisi anak-anak yang
berada di lingkungan keluarga yang mana keluarga kurang memahami dan memberikan
pendidikan dalam pembentukan agama, dan perilaku bagi anak, yang disebabkan
orangtua sibuk dengan bekerja.
Pada usia dini anak mulai termotivasi untuk meniru
perilaku orangtuaAnak-anak dapat memperoleh dan mempertahankan afeksi dan
menghindari hukuman dengan berperilaku seperti orangtua atau orang yang berada
disekitarnya. Anak-anak juga memerlukan suatu rasa menguasai lingkungan mereka
dengan meniru perilaku yang hangat, berkompeten, dan berkuasa.
Daftar Pustaka :
Ratna Wilis Dahar. 2011. Teori Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta.: Erlangga
Abu, Ahmadi. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: Rieka
Cipta.
Suryobroto. 1988. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT
Prima Karya.
Suyadi dan Maulidya Ulfah. 2013. Konsep Dasar PAUD. Bandung.:
PT Remaja Rosdakarya.
Ahmad Susanto. 2013. Perkembangan Anak Usia Dini :
Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta.: Kencana Prenada Media Group.
Akmal Hawi. 2005. Kompetensi Guru PAI. Palembang : IAIN
Raden Fatah Press.
artikelnya bagus
BalasHapusterima kasih
HapusArtikelnya bagus dan sangat menarik untuk dibaca🙏
BalasHapus